Jumat, 28 Juli 2017

Cerpen "Bukan Mimpi Buruk"

Bukan Mimpi Buruk

Hari jumat tepatnya tanggal 28 juli 2017 sebuah pesan gambar di post masuk kedalam grup WA yang dibuat oleh salah satu temanku dengan nama “Pe2Ka Jubels” grup ini merupakan grup yang sengaja kami buat untuk peserta P2K pada lokasi SMPN 17 Marusu agar tetap bisa saling berkomunikasi walau program tersebut sudah lama berlalu, dan terbukti sampai sekarang kami masih saling berkomunikasi, bahkan beberapa kegiatan telah kami lakukan, sama halnya dengan kali ini, postingan yang dikirim oleh salah satu temanku itu merupakan sebuah undangan acara makan-makan dirumahnya, beberapa berkomentar “ikut” mengenai hal itu, ada juga yang mengatakan “maaf” mungkin karna dia sibuk, namun kita memaklumi hal itu namun dibalik dari memaklumi tersebut kita sempat melakukan keegoisan dengan sedikit memaksa, mengapa tidak, saya pikir sedikit paksaan dibenarkan dalam persahabatan.
Malam semakin larut dengan obrolan panjang kami lakukan, bahkan telah keluar dari pembahasan, karnanya aku melakukan personal chat dengan Thira, mengajaknya untuk berangkat bersama dirumah Kiki esok, namun tanpa disangka Thira menyetujui hal itu ia malah mengajakku pergi bersama dengan mobil Omnya, sempat ku menolak karna malu, namun karna dia juga merasa tidak enak pergi sendiri akupun menerimanya dan ini merupakan bukan hal yang aku bakalan duga sebelumnya.
Pagi harinya, langsung kutancap gas untuk menuju ke kediaman Thira, sesampainya aku disana, kembali muncul hal yang tidak saya duga lagi, ternyata Thira bisa mengendarai mobil, dan aku pergi berdua dengan Thira, hanya berdua tanpa Omnya, ini merupakan momend yang sangat hebat, siapa sangka Thira ternyata bisa mengendarai mobil. Apalagi mobilnya sangat keren tak perlu disebutkan mereknya namu mobilnya double cabin dengan bak dibelakang dan sangat memalukan bagiku, karna yang mengendarai mobil tersebut adalah Thira, “Saya mana bisa bawa mobil!” kalimat ini yang aku sontak lontarkan ketika Thira menyuruhku untuk mengendari mobil ketika ingin berangkat.
singkat cerita, aku sampai di rumah Kiki yang merupakan lokasi acara kami, aku sampai bersama teman-teman yang lain namun kegiatan pertama yang kita lakukan ialah pergi ke Pantai Bintang terlebih dulu untuk berenang dan bermain pasir di pantai, lalu setelahnya kita kerumah Kiki untuk acara makan-makannya, dirumah Kiki, sajian lengkap disajikan olehnya dan keluarganya, diantaranya yang mengodaku dan teman-teman yang lain ialah ayam goreng kecap dengan sedikit cabe menghiasi dengan nasi panas mengepul, ini merupakan makanan yang menggoda lidah kami semua.
Kami makan dengan lahapnya dan tentu saja satu hal yang tak bisa hilang dari kami, makan sambil bicara mungkin hal yang sangat tidak sopan, namun ini merupakan kebiasaan yang kami tidak bisa buang dari awal kami bertemu di Posko Maros di Desa Tellumpoccoe, apa lagi kami merupakan sekumpulan manusia yang hobi bercerita, membully satu sama lain apa lagi, kalo kata anak gaul sekarang “Naiki Arisanya”.
Obrolan panjang kami lakukan, sampai lupa waktu kalo hari sudah gelap, kemudian kita saling berpamitan dan berangkat pulang, diperjalanan pulang aku sedikit merasa aneh entah hanya aku atau mungkin Thira juga merasakan, namun sepertinya Thira salah jalan, aku memberanikan bertanya namun Thira mengatakan dengan begitu yakin sehingga aku tidak perlu untuk kawatir lagi “Lewat siniki tadi!”. Namun tidak lama kemudian adzan isya terdengar, aku mulai panik dan kekawatiraku kembali muncul karna jalan raya tak kunjung terlihat, Thira juga mulai kawatir, “Perasaan tidak sebegini banyak pepohonan tadinya Thira” aku bertanya, “iya, ini bukan jalan yang kita lewati tadi” kata Thira sembari memberhentikan mobil dipinggir jalan di depan salah satu rumah warga dengan hanya satu lampu dirumahnya dengan warung kecil yang sepi, begitu terlihat menyeramkan jalan juga sangat sepi dan gelap tanpa lampu jalan menghiasi. Thira mengajakku turun untuk bertanya, namun ketika kita menghampiri warung tersebut tak seorangpun menjaganya, warungnya tak berpenghuni, kemudian kita kembali ke mobil dan sedikit berdebat, kemudian ditengah perdebatan dimana hp juga sudah loubet, aku melihat seseorang di warung, seorang nenek yang luamayan sudah berumur menutup warung yang sepi tersebut, kemudian kami berdua secepat mungkin menghampiri wanita tersebut namun seseorang dari kejauhan datang menghampiri kami seorang pria kurus berbaju hitam dengan celana jeans yang sudah pudar menyuruh kami untuk sesegera mungkin pergi dari sini. “Jangan berhenti disini, disini rawat perkelahian, ayo pergi, bawah mobilmu!” kata Pria kurus tersebut dengan datar dan berbisik.
Thira yang takut tersebut sesegera mungkin ke mobil tanpa menanyakan alamat, akupun yang kaget tersebut langsung ke bak belakang mobil, Thira menjalankan mobil dan menacamkan gas tanpa tau tujuan yang jelas, namun satu hal yang kita inginkan adalah keluar dari desa ini dulu. Namun tidak lama kemudian kami dihadapkan pada jalan dengan pepohonan besar menghiasi kiri kanan jalan, terlihat seperti hutan, tak lama kemudian dari ke jauhan terdengar suara seseorang berteriak kesakitan, aku mulai panik, entah Thira merasakan hal yang sama, aku merebahkan badanku agar tak terlihat seseorang, namun  kembali suara teriakan kesakitan terdengar namun kali ini berbeda, suara ini seperti meraung memohon ampun, kemudian semakin kami dekat dengan lokasi kejadian tersebut, kami semakin mendengar suara teriakan yang bahkan tak terdengar satu dua orang yang berteriak lagi, namun lebih dari itu, bahkan suara anak menangis dengan kerasnya terdengar,  Thira menambah kecepatan, aku di bak belakang kemudian menyelimuti diriku dengan mantel mobil, aku mulai gemetaran saat itu, terlihat seseorang berniat memanjat bak belakang mobil dengan parang ia genggam, namun karna Thira terus menambah kecepatan orang tersebut tidak sempat naik, aku dibelakang sangat ketakutan, pikiranku aneh membayangkan apa yang sebenarnya terjadi, Thira pun sama, ia sepertinya jauh begitu ketakutan, itu terlihat dari suara teriakannya, Thira tak henti berteriak, bahkan sempat menyebut namaku, meminta tolong padaku. “Thira jangan hentikan mobil terus jalan” kataku berteriak ketakutan membalas minta tolongnya.
“Taju ada orang ditengah jalan” kata Thira berteriak ketakutan, “Terus jalan Thira jangan berhenti!” kataku dengan tergesah-gesah di bak belakang. Thira kemudian menambah kecepatan, karnanya orang yang sempat berusaha memasan badan di tengah jalan tersebut menyingkir.
Kemudian jalan kembali sepi, Thira terdengar menangis, aku menyuruhnya berhenti kemudian pindah ke depat, dan kembali berjalan lagi, Thira menangis dan meminta pulang, “kita jalan saja dulu, kita cari tempat yang sedikit ramai oleh warga” kataku dengan sedikit panik sembari melihat kanan kiri jalan, namun Thira terus saja menangis, meraung meminta pulang, itu mungkin karna ia melihat langsung kejadian yang terjadi tadi, ia begitu kaget.
Dijalan dimana Thira mulai tenang, kami menemukan tempat yang sedikit ramai oleh rumah warga, kami berhenti disalah satu rumah, aku memberanikan turun bertanya dan menyuruh Thira untuk tetap di mobil, namun karna Thira tidak ingin ditinggal ia juga turun dan ikut bertanya ke pada warga, namun tanpa disadari, wanita dengan ibunya yang akan segerah menutup rumahnya ketika dihampiri tersebut merupakan teman Thira di kampus, “kami selamat” ucapku berbisik,. Kemudian aku terbangun dari tidur soreku, mengusap mataku dan berkata “ternyata hanya mimpi!” 

1 komentar:

  1. Borgata Hotel Casino & Spa - Mapyro
    Find 남양주 출장안마 your way 경산 출장안마 around the 순천 출장마사지 casino, 강원도 출장마사지 find where everything is located with the closest stations to the casino. Borgata Hotel Casino 경상북도 출장안마 & Spa - Mapyro

    BalasHapus